TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Prancis di beberapa kota pada Minggu malam, 7 Juli 2024, turun ke jalan menyusul hasil sigap pemilu legislatif. Mereka merayakan prediksi kemenangan koalisi sayap kiri Front Populer Baru berasas hasil nan diumumkan beberapa lembaga jajak pendapat terkemuka.
Menurut para lembaga jajak pendapat pada Minggu, 7 Juli 2024, Front Populer Baru memenangkan bangku terbanyak dalam pemilu legislatif putaran kedua. Hasil ini menempatkan Front Populer Baru dalam jalur kemenangan tak terduga atas partai nasionalis sayap kanan Barisan Nasional (RN) ketua Marine Le Pen, meski tidak mencapai kebanyakan absolut di parlemen. Sementara itu, koalisi berpatokan tengah Ensemble nan dibentuk Presiden Emmanuel Macron berada di urutan kedua.
Ketegangan meningkat di Republique Square di pusat kota Paris ketika polisi melakukan intervensi terhadap massa, menurut laporan surat berita Le Figaro. Dilaporkan beberapa golongan nan mengenakan masker membakar benda-benda di jalan.
Di kota utara Lille, polisi dilaporkan menggunakan gas air mata untuk membubarkan 500 personil golongan “antifasis”. Marseille Selatan juga diguncang oleh protes nan melibatkan 5 ribu orang, kata polisi, dan massa meneriakkan slogan-slogan menentang golongan sayap kanan, menurut Le Figaro.
Di kota Rennes di bagian barat, polisi menangkap 25 orang ketika ketegangan meningkat dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa demonstrasi spontan itu.
Sebelumnya, France24 melansir sekitar 30 ribu polisi bakal dikerahkan di seluruh Prancis pada Minggu malam, 7 Juli 2024, menyusul pemilu legislatif putaran kedua guna memastikan tidak ada masalah di tengah meningkatnya ketegangan.
Iklan
Para pemilik toko di kota-kota besar bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dengan menutup pintu dan memperkuat jendela untuk mencegah kerusakan nan disebabkan oleh demonstran, media Prancis tersebut melaporkan.
Prancis sekarang tampak bakal terjebak dalam skenario parlemen gantung, nan membagi negara itu menjadi tiga partai nan kudu membentuk aliansi demi mendapatkan kendali absolut dalam parlemen. Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal telah mengakui situasi gantung di negaranya dan menyatakan kesiapannya mengundurkan diri.
“Saya tahu, mengingat hasil pemilu malam ini, banyak masyarakat Prancis nan merasakan ketidakpastian mengenai masa depan mereka, lantaran tidak ada kebanyakan absolut nan muncul (di parlemen). Negara kita sedang mengalami situasi politik nan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Attal, seperti dikutip CNBC.
ANADOLU | CNBC
Pilihan editor: Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza
Ikuti buletin terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini