Tubuh Antroposen dan Alam Rusak di Pameran Tunggal Seni Instalasi Asmudjo Jono Irianto

Trending 2 months ago

TEMPO.CO, Bandung - Seniman nan juga kurator seni, Asmudjo Jono Irianto, menggelar pameran tunggal karya terbarunya di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung. Pameran berjudul Tubuh Antroposen itu berjalan mulai 5 Juli hingga 18 Agustus 2024. “Pameran ini berangkaian dengan studi S3 saya,” kata pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) itu saat pembukaan pameran, Jumat 5 Juli 2024.

Pameran Tunggal Hadirkan Seni Instalasi Patung

Karyanya berupa instalasi patung bersosok tubuh manusia ialah laki-laki dengan tubuh bugil nan perangkat kelaminnya disamarkan. Figur laki-laki itu mengenai rumor patriarki dengan antroposen alias era manusia sekarang nan aktivitasnya berakibat pada bumi. Lewat patung-patung seukuran orang dewasa tanpa rambut itu Asmudjo menggambarkan kondisi kerusakan alam oleh manusia nan juga merusak tubuhnya sendiri.

Berbahan terakota komposit, patung-patung nan semuanya dalam posisi tegak alias badan lurus dengan jenis gestur tangan itu kebanyakan dipajang berdiri dan sebagian direbahkan. Sesosok patung dengan tubuh berwarna kehitaman misalnya, mengucurkan cairan ungu dari keran-keran air nan tertancap di pipi, dada, perut, dan paha. Pada patung lain, sekujur tubuhnya tertancap oleh potongan besi teralis.

Pameran seni instalasi berjudul Tubuh Antroposen karya Asmudjo Jono Irianto di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space, 5 Juli-18 Agustus 2024. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.

Kesatuan Tema Antroposen

Selain itu, gambar bersosok serupa patung tersebut juga menempel pada lembaran-lembaran seng berkarat. Pun gambar pemandangan bagus nan dirusak oleh korosi dan tusukan benda-benda logam berkarat. Asmudjo menjadikan semua karya di ruangan galeri itu sebagai kesatuan nan mengusung tema antroposen. “Seni rupa kontemporer sebagai refleksi kritis, pada kondisi manusia dan dunia, tidak ada nan lebih krusial daripada antroposen,” ujarnya.

Iklan

Sebagai bagian dari disertasi, pembuatan karya itu juga didampingi oleh tiga orang pembimbing ialah Acep Iwan Saidi, Tisna Sanjaya, serta Premana Premadi nan merupakan pembimbing besar Astronomi ITB. Soal tema karya, menurut Acep, antroposen merupakan istilah nan terkenal sejak 2000-an ialah era baru di dalam geologi. “Era dimana peran manusia itu di dalam aktivitasnya mengelola bumi nan kemudian menimbulkan kerusakan ekologi,” ujarnya saat pembukaan pameran Jumat 5 Juli 2024. 

Setelah berbincang dengan seniman, pendapat karyanya kemudian meruncing pada tubuh nan tidak pernah bisa dilepaskan dari alam. Jika pada masa lampau tubuh dinilai punya hubungan nan selaras dengan alam, kata Acep, sejak antroposen relasi manusia ditandai oleh masuknya beragam unsur kimia ke dalam tubuh. Sehingga pada tubuh manusia sekarang seperti diwujudkan lewat karya Asmudjo, darah misalnya mengental oleh oli jejak alias unsur kimia lain nan beracun.

Pilihan Editor: Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal di Bandung, Campurkan Seni Lukis Tradisi dengan Grafis

More
Source