TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan di smelter PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) pada pertengah Mei 2024 menyebabkan sejumlah rumah penduduk retak. Namun, nyaris genap dua bulan pascakejadian, perusahaan belum memberi kompensasi. "Belum ada tukar rugi," kata Marjianto, penduduk RT13 Kelurahan Pendingin ketika dikonfirmasi Tempo melalui aplikasi perpesanan, Senin, 8 Juli 2024.
Smelter PT KFI terletak di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sanga Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Pabrik pengolahan dan pemurnian nikel itu diresmikan pada September 2023. Belum genap setahun, kejadian ledakan sudah terjadi dua kali. Insiden pertama terjadi pada 11 Oktober dan menewaskan dua pekerja asal Cina. Insiden kembali terjadi pada 16-17 Mei 2024.
Marjianto berujar, ledakan pertama pada 16 Mei, menyebabkan rumah penduduk di sekitar smelter retak-retak. Saat itu, dia mencatat setidaknya ada 20 rumah terdampak di RT 13. "Untuk keseluruhan sekitar pabrik, bisa ratusan lantaran pabrik KFI dikelilingi 8 RT," ujarnya, Sabtu, 18 Mei 2024.
Dari video pendek nan diterima Tempo, sejumlah retakan tampak terjadi di tembok dan lantai. Ada juga keretakan nan terjadi pada kaca jendela. Peristiwa itu menurut Marjianto merugikan warga. Dalam aktivitas sehari-hari, penduduk juga sudah terganggu dengan kebisingan hingga akibat polusi dari aktivitas pabrik.
Perwakilan pemilik PT KFI, Ardhi Soemargo, membenarkan adanya kejadian pada Mei lalu. Namun dia membantah bahwa itu merupakan kebakaran alias ledakan smelter. Menurutnya, peristiwa nan terjadi adalah letupan di area limbah nan menyebabkan terjadinya kebakaran. Ia juga menyatakan peristiwa itu tidak berjalan lama dan pihaknya segera menangani masalah tersebut.
Ihwal dugaan ledakan nan menyebabkan rumah penduduk retak-retak, Ardhi mengatakan pihaknya bakal bertanggung jawab. Menurut Ardhi, pihaknya sudah mendata semua rumah melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Namun, dia tidak membeberkan jumlah rumah nan sudah dicek. Ia berkilah perusahaan tetap melakukan pendalaman penyebab retakan.
"Kami takut ada beberapa RT nan mungkin belum terlihat oleh kami, sehingga lebih baik saya menunggu dulu hasilnya," kata Ardhi ketika ditemui usai rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR RI, Senin, 8 Juli 2024. "Tapi apapun itu, jika betul adalah kami (penyebab retaknya rumah warga), lantaran kejadian 16 Mei, kami bakal menuntaskan perihal tersebut."
Bermasalah Sejak Pembangunan
Pabrik smelter PT KFI menuai kontroversi sejak awal pembangunan. Laporan Tempo berjudul "Serampangan Proyek Pelebur Nikel Kutai Kartanegara) nan terbit pada 30 November 2023 lampau menyebut pembangunan smelter PT KFI diduga tanpa Amdal. Hal ini kemudian dibenarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur Rafiddin Rizal nan menyebut Amdal PT KFI tetap dalam proses dan menunggu surat kepantasan untuk diterbitkan.
Sementara itu, Ardhi Soemargo menyatakan perusahaannya telah mengantongi izin untuk membangun industri kertas pada 1996 di area nan sekarang dikelola PT KFI. Pihaknya berasumsi masyarakat sudah mengetahui keberadaan industri di area tersebut. Apalagi area itu sudah dipatok meski akhirnya menganggur selama 29 tahun.
“(Soal) Amdal, kami lakukan Amdal perubahan dengan nama KFI. Posisi sudah diterima tanpa terkecuali,” ujar Ardhi ketika ditemui di salah satu warung kopi di Samarinda pada 24 Agustus 2023. Saat itu, pihaknya sedang menunggu SKKL (surat keputusan kepantasan lingkungan) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Persoalan Amdal itu kembali disinggung dalam rapat dengar pendapat berbareng Komisi VII DPR hari ini. Lagi-lagi, Ardhi menyatakan perusahaannya sudah berporses dengan baik dalam waktu lama. "28 Agustus 2023, kami menerima Amdal. Kami belum melakukan comissioning, belum lakukan apapun lantaran kami tidak mau menjalankan sesuatu nan tidak sesuai aturan," kata Ardhi di ruang rapat Komisi VII DPR RI, Senin, 8 Juli 2024.
Pilihan editor: Smelter Nikel PT KFI Dua Kali Kebakaran, Anggota Dewan Sebut K3 Tidak Terpenuhi