TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPR RI Komisi X, Andreas Hugo Pariera menanggapi pernyataan Menteri Pemberdayaan Manusia dan Pembangunan (PMK) Muhadjir Effendy nan mendukung mahasiswa bayar Uang Kuliah Tunggal alias UKT dengan pinjaman online namalain pinjol.
Ia menilai kebijakan bayar UKT pakai pinjol sangat beresiko terutama saat ini banyak kasus-kasus korban pinjol apalagi sampai ada nan menyantap korban. "Proses pinjaman memang mudah dan cepat. Namun, dengan kembang pinjaman nan besar dan berlipat dobel serta tenggang waktu relatif pendek," kata Andreas kepada Tempo melalui pesan singkat pada Senin, 8 Juli 2024.
Andreas meminta pemerintah berfikir ulang menerapkan kebijakan pinjol tersebut. "Skema pinjol untuk mahasiswa lebih baik tidak diterapkan," ujarnya.
Dia meminta pemerintah harusnya memandang pendidikan sebagai investasi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membangun bangsa.
Andreas malah menyarankan kebijakan pinjol diganti ke pinjaman minim kembang dari bank-bank himbara alias bank milik Badan Udaha Milik Negara (BUMN). "Bank BUMN dengan kembang rendah dan tenggang waktu lebih panjang sehingga bisa membantu mahasiswa nan sangat memerlukan finansial untuk menyelesaikan kuliah dan saat memperoleh pekerjaan bisa mengembalikan," tuturnya.
Adapun Wakil DPR RI Komisi X, Dede Yusuf Macan Effendi mengatakan pinjaman berbunga bakal membebani mahasiswa. "Menurut saya mau corak elektronik alias apapun juga mekanismenya sama saja nan krusial tidak berbunga. Kami dari DPR pernah mengusulkan student loan," kata Dede Yusuf kepada Tempo melalui telepon pada Senin, 8 Juli 2024.
Menurut Dede, pinjol mempunyai konsep upaya sedangkan student loan alias angsuran pendidikan bukan upaya lantaran sifatnya pendanaan. "Jadi sifatnya angsuran dengan kesepakatan dibayar setelah dia lulus alias bekerja," ujarnya.
Dede mengatakan pengelolaannya kelak bukan pada swasta, untuk mengantisipasi adanya mencari untung maka kebijakan tersebut dikelola pemerintah. "Kalau negara tidak boleh nyari untung," ucapnya.
Iklan
Dede mengatakan pembahasan tersebut saat ini tetap dibahas oleh Kementerian Pendidikan, Otoritas Jasa Keuangan alias OJK serta Menteri Keuangan. "Karena mahasiswa itu adalah investasi negara di dalam krisis dinamik," ucapnya.
Penerapan student loan, menurut Dede Yusuf sebagai corak konsep melatih dan menata diri untuk mahasiswa dalam pengelolaan finansial lantaran banyak style hidup mahasiswa sekarang seperti belum bekerja sudah merokok dan nongkrong di kafe. Selain itu, angsuran pendidikan dianggap membantu menutup biaya nan kurang dari beasiswa. "Misal separuh dapat support UKT, separuhnya lagi bisa mencicil. Intinya jangan sampai ada mahasiswa nan tidak bisa kuliah lantaran tidak punya biaya," ujarnya.
Dia mencontohkan jika UKT Rp 8 juta, ada subsidi dari pemerintah 4 juta. Biaya Rp 4 juta sisanya dapat dicicil dengan sistem itu.
"Rp 4 juta satu semester dibagi 6. Kurang lebih hanya Rp 500.000-an. Cicilan itulah nan untuk menutup," ujarnya.
Sebelumnya, Muhadjir mendukung mahasiswa bayar UKT dengan pinjol. Menurutnya itu langkah bagus untuk mendidik mahasiswa agar mempunyai fighting spirit dan tanggung jawab.
"Bahwa dia ketika kekurangan dana, dia kudu berusaha, tidak hanya meminta tolong orang tuanya. Apalagi jika mengambil jurusan-jurusan nan prospektif kenapa tidak? Kalau kelak pembayaran kudu ditunda setelah dia kelak berpenghasilan ya kan. Jadi maksudnya, kira kudu lakukan kerja-kerja kreatif," kata Muhadjir pada 3 Juli 2024.
Pilihan Editor: Soal Skema Pinjol untuk Bayar UKT, Pengamat Pendidikan: Amerika Saja Gagal