TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia alias Asaki mengapresiasi kebijakan pemerintah melanjutkan insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Ketua Asaki Edy Suyanto mengatakan kebijakan tersebut bakal meningkatkan utilisasi kapabilitas produksi keramik di dalam negeri. Melalui insentif tersebut, HGBT dipatok US$ 6/MMBTU.
Keputusan untuk melanjutkan insentif HGBT disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. “Ya lanjut terus pokoknya,” kata Airlangga, Senin, 8 Juli 2024. Airlangga mengatakan mengenai usulan untuk memperluas insentif HGBT bakal terus dikaji.
Airlangga mengatakan bakal memberikan izin kepada Pertamina untuk membikin prasarana gas. “Terutama untuk regasifikasi LNG (gas alam cair) dan ketiga area industri diizinkan untuk membikin regasifikasi LNG plus bisa untuk pengadaan LNG dari luar negeri,” kata Airlangga.
Edy Suyanto berambisi kebijakan itu bisa menarik minat penanammodal di industri keramik. Sebab, kata Edy, industri keramik sangat berjuntai pada kesiapan HGBT. Ia mengatakan insentif sangat membantu industri lantaran 30 persen biaya produksi keramik dialokasikan untuk bahan bakar gas.
Iklan
Edy mengatakan kebijakan insentif HGBT kudu terlaksana dengan baik dan konsisten. "Semoga Kebijakan perpanjangan HGBT US$ 6/MMBTU dipatuhi PGN dan tidak diberlakukan lagi AGIT (Alokasi Gas Industri Tertentu," kata Edy kepada Tempo, Senin, 8 Juli 2024.
Dia menambahkan, sejak pertengahan 2023 nilai gas mencapai US$6,5/MMBTU. Sedangkan untuk pemakaian maksimal 60 persen dari alokasi volume gas, kata Edy, dikenakan tarif nilai nan cukup mahal ialah US$13,8/MMBTU. Edy menyatakan penetapan nilai tersebut lantaran argumen kesiapan pasokan gas. "Keputusan ini tentunya sangat positif dan sudah lama ditunggu-tunggu industri keramik karena keahlian daya saing industri keramik sangat tergantung kepada HGBT," kata Edy.
Pilihan editor: Pengamat: Opini WTP BPK Bukan Jaminan Pengelolaan Anggaran nan Bersih