Pakar Sebut Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Arteri Perifer pada Pemilik Kondisi Berikut

Trending 3 months ago

TEMPO.CO, JakartaPenyakit arteri perifer dapat menyerang pembuluh darah tepi nan ada pada leher, ginjal, usus, dan kaki. Spesialis bedah vaskular dan endovaskular di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Ihza Fachriza, menjelaskan pemeriksaan pembuluh darah menggunakan ultrasonografi (USG) bisa membantu upaya untuk mendeteksi awal penyakit arteri perifer.

"Kalau pasien sudah punya aspek akibat sebaiknya sudah kudu periksakan semua pembuluh darah, apalagi pernah stroke dan sakit jantung, pasti pembuluh darah lain plaknya sudah tebal-tebal, enggak ada salahnya check up," kata Ihza dalam obrolan daring mengenai penyakit arteri perifer, Rabu, 10 Juli 2024.

Lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan pemeriksaan USG pembuluh darah dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi aliran darah pada pembuluh darah ginjal, leher, sampai ujung kaki. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu master bisa mengetahui ketebalan plak pada pembuluh darah serta mendiagnosis apakah pasien terserang penyakit arteri perifer, tersumbatnya aliran darah ke tungkai alias tangan akibat penyempitan pembuluh darah nan berasal dari jantung (arteri).

Periksa pembuluh darah
Selain orang nan pernah terserang penyakit jantung dan stroke, Ihza mengatakan orang dengan aspek akibat glukosuria juga disarankan menjalani pemeriksaan USG pembuluh darah. "Jadi, jika sudah nyeri, pegal, apalagi ada diabetes, jantung, sangat disarankan periksa pembuluh darah lain seperti kaki dan ginjal," sarannya.

Iklan

Apabila hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya masalah pada pembuluh darah maka master ahli bakal meresepkan obat-obatan serta pengaturan asupan nutrisi dan aktivitas olahraga nan diperlukan untuk mengontrol tekanan darah serta kadar gula dan kolesterol dalam darah. Ihza menyatakan pasien dengan penyakit arteri perifer nan merasakan nyeri terus menerus dapat memerlukan intervensi berupa pembedahan terbuka alias minimal invasif dengan endovaskular alias kateterisasi.

"Sesuai indikasi tertentu, nan kita tetap bisa lakukan tindakan kateterisasi alias dibalon, dipasang ring, alias jika memang sudah terlalu berat kita enggak bisa paksakan. Mungkin kita kudu lakukan tindakan operasi terbuka untuk memperbaiki pembuluh darah," jelasnya.

Pilihan Editor: Memahami Diseksi Aorta, Robeknya Pembuluh Darah Besar dan Penanganannya

More
Source