Macam Pencegahan dan Penanganan Ablasio Retina untuk Hindari Kebutaan

Trending 4 months ago

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis mata konsultan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Gitalisa Andayani, menyarankan masyarakat menjaga kesehatan mata agar terhindar dari kondisi ablasio retina.

“Jika kita tindak dengan sigap ablasio retina hasilnya bakal baik. Jadi penglihatan bakal kembali sebaik mungkin, tentunya jika penanganan nan kita lakukan tepat,” kata Gita dalam obrolan daring, Selasa, 9 Juli 2024.

Ia menjelaskan ablasio retina adalah kondisi rawan di mana retina nan berada di bagian belakang mata terlepas dari posisinya. Hal ini menyebabkan penderita kesulitan memandang suatu objek secara jelas. 

Dalam kasus nan sering ditemukan di RSCM, kebanyakan pasien datang dalam kondisi ablasio telah meluas dan terlambat mendapat penanganan. Padahal, kondisi tersebut dapat memberi akibat panjang berupa penglihatan terganggu, retina tidak fleksibel, menjadi kaku dan susah ditempelkan kembali meski telah melakukan operasi.

“Oleh lantaran itu, sebaiknya kita sigap menangani kasus-kasus ini. Kalau pasien nan sudah lama itu baru dioperasi alias lama tidak dioperasi lantaran beragam sebab, tidak bisa mendapat pertolongan cepat, itu dapat menyebabkan pasien berhujung dengan kebutaan permanen,” paparnya.

Periksa mata berkala
Dalam meminimalisasi potensi terkena ablasio retina, Gita mengatakan perihal tersebut sudah dapat dilakukan sejak usia muda. Langkah pertama dengan melakukan pemeriksaan mata secara berkala, terutama saat anak belum masuk sekolah. 

Jenis pemeriksaan nan dapat dilakukan adalah mencari adanya kelainan pada mata seperti mata juling alias minus tinggi. Selanjutnya pada usia remaja dan dewasa pertengahan pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 tahun sekali agar mengetahui kondisi kesehatan mata secara lebih lanjut.

Iklan

“Tapi kita perlu periksa lebih teratur lagi ketika berumur 40 tahun ke atas. Saat itu, kita mungkin sudah perlu kacamata baca. Kemudian ada penyakit seperti katarak. Demikian pula jika kita punya aspek akibat seperti diabetes, maka perlu memeriksanya lebih teratur setahun sekali,” ujarnya.

Kalaupun sudah terlanjur terkena ablasio retina, pasien kudu segara dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan nan disesuaikan dengan kondisinya. Jika kasus nan ditangani baru saja terjadi dan retina nan robek belum terlepas, master biasanya segera memberikan tindakan berupa laser retina. 

Laser diarahkan mengelilingi area robekan guna mencegah ablasio retina. Namun, andaikan retina sudah robek dan terlanjur lepas, master bakal menyarankan operasi nan terbagi menjadi tiga metode, ialah dengan dimasukkannya gas retina, menggunakan silikon, alias memasukkan perangkat ke dalam mata untuk menempelkan retina secara langsung lewat pendekatan dari dalam.

Gita mengatakan proses pengobatan penglihatan pascaoperasi butuh waktu rata-rata sekitar tiga bulan. Namun pada satu bulan pertama pasien sudah dapat berkegiatan kembali. Rekomendasi selanjutnya adalah banyak mengonsumsi makanan bergizi nan berfaedah bagi mata, seperti sayur dan buah-buahan nan kaya vitamin dan mineral.

“Kemudian krusial juga untuk menghindari memandang alias paparan ultraviolet, jangan langsung memandang matahari. Selanjutnya kurangi kebiasaan mengucek mata lantaran bisa melukai kornea. Kita kudu belajar menghindari kebiasaan-kebiasaan itu demi menjaga mata,” pesan Gita.

Pilihan Editor: Mengenal Ablasio Retina dan Penyebabnya

More
Source