TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa alias BEM UGM, Nugroho Prasetya Aditama memberi tanggapan terhadap pernyataan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan alias Menko PMK, Muhadjir Effendy nan menyebut bahwa kampus boleh memasang tarif tinggi bagi aktivitas wisuda mahasiswa.
Pernyataan tersebut Muhadjir lontarkan saat Raker Komisi X DPR, pada Selasa, 2 Juli 2024. Ia menyatakan bahwa orang tua mahasiswa tak bakal protes untuk bayar biaya wisuda nan mahal lantaran tengah gembira.
Menanggapi perihal tersebut, Nugroho menyebut pernyataan Menko PMK tidak berempati. Pasalnya, ketika memandang realitas di lapangan, khususnya beberapa bulan terakhir. Masif terjadi protes dari kalangan mahasiswa terhadap biaya kuliah.
“Di tengah situasi biaya pendidikan tinggi nan mahal dan mahasiswa nan kesulitan kuliah tiba-tiba seorang Menko PMK nan membawahi Kemendikbud Ristek, bisa-bisanya mengatakan perihal tersebut seolah melangkah dia melangkah di ruang hampa,” kata Nugroho kepada Tempo.co, pada Ahad, 7 Juli 2024.
Nugroho mengatakan bahwa pernyataan tersebut seolah-olah tidak berempati dengan apa nan sedang mahasiswa dan masyarakat rasakan selama ini khususnya mengenai biaya kuliah. “Ternyata empati itu tidak tercermin dari pernyataan nan beliau lontarkan,” ujarnya.
Nugroho juga menyebut bahwa sebagai pejabat publik jika belum bisa mensejahterakan masyarakat, minimal jangan mengeluarkan statement yang tidak berempati pada masyarakat.
“Pernyataan tersebut tidak mencerminkan gimana pemerintah punya itikad baik untuk merespons rumor pendidikan tinggi,” kata dia.
Bagi Nugroho, pendidikan semestinya menjadi kewenangan dan bukan malah menjadi ladang nan terus digali berasas keahlian ekonomi masyarakat. “Seharusnya pendidikan menjadi kewenangan nan diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat,” katanya.
Kemudian, dia menyebut bahwa pendidikan itu seminimal mungkin kudu terjangkau, terbuka, dan berkualitas. Ketika perihal tersebut, menurutnya, kudu beriringan dilaksanakan. “Jangan menjadikan masyarakat alias mahasiswa sebagai tempat nan dapat terus menerus diserap uangnya,” kata Nugroho.
Sederet Pernyataan Kontroversial Muhadjir Effendy
Berikut beberapa pernyataan kontroversial Muhadjir Effendy, khususnya soal bagian pendidikan:
1. Kampus Tarik Uang Besar dari Wisuda
Muhadjir mengatakan persoalan kekurangan biaya pendidikan bukan lantaran monopoli perguruan tinggi, melainkan pemimpin dari perguruan tinggi. Menurutnya, para pemimpin di kampus alias rektor perlu mengubah langkah pandang untuk mencari duit demi biaya kampus.
Salah satu penerapannya ketika wisuda nan dapat dimanfaatkan untuk menambah anggaran pendidikan. Pada satu bulan, sudah ada 5-10 ribu mahasiswa nan diwisuda.
Iklan
“Kalau perlu tidak apa-apa mengundang (keluarga nan diwisuda) satu truk, tetapi mereka kudu beli undangan,” kata Muhadjir, pada 2 Juli 2024.
Menurut Muhadjir, momen wisuda semestinya tidak menimbulkan protes ketika biaya prosesi dinaikkan. Pasalnya, perguruan tinggi juga dapat menyediakan swalayan alias hotel nan dimanfaatkan ketika momen besar.
2. Kenaikan UKT dan IPI Sudah Bagus
Muhadjir menilai peraturan tentang kenaikan duit kuliah tunggal (UKT) dan iuran pengembangan lembaga (IPI) nan merujuk pada Permendikbud tidak perlu diubah lantaran belum ada urgensi.
“Kalau saya lihat, Permendikbud itu sudah bagus pasalnya,” kata dia, pada 2 Juli 2024.
Muhadjir menekankan bahwa perihal terpenting adalah penafsiran dari setiap rektor untuk mengimplementasikannya. Aturan itu sudah sesuai berasas konsep PTNBH nan mengharuskan kampus mendorong kemandirian dalam pembiayaan dan lembaga fundraising melangkah sesuai tugasnya. Ia juga menyarankan, kampus tidak meningkatkan biaya UKT dan IPI secara serta merta, hanya dinaikkan kepada mahasiswa baru saja dan jangan naik lagi selesai.
3. Dukung Mahasiswa Bayar Pinjol
Muhadjir mendukung mahasiswa bayar kuliah menggunakan skema pinjaman online (pinjol). Skema ini menjadi salah satu langkah meringankan beban mahasiswa. Cara ini bagus untuk mendidik mahasiswa agar mempunyai fighting spirit dan bertanggung jawab.
“Bahwa dia ketika kekurangan dana, dia kudu berusaha, tidak hanya minta tolong termasuk orang tuanya, apalagi jika dia mengambil jurusan-jurusan nan prospektif, kenapa tidak? Kalau itu kelak pembayarannya bisa ditunda setelah dia kelak berpenghasilan ya kan. Jadi maksudnya, kita kudu lakukan kerja-kerja kreatif,” kata Muhadjir, pada 3 Juli 2024.
Menurut Muhadjir, mahasiswa sudah tidak kudu menengadahkan tangan agar diberikan biaya kuliah, baik dari orang tua maupun pihak lain. Mahasiswa kudu berani ambil resiko, termasuk dengan pinjol nan resmi, transparan, dan ada pengawasan lembaga lembaga negara.
MICHELLE GABRIELA | RACHEL FARAHDIBA R
Pilihan Editor: Sederet Pernyataan Kontroversial Muhadjir Effendy Mulai Bansos Korban Judi Online sampai Pinjol Mahasiswa