Istilah Malingering Mencuat Saat Pemeriksaan Putri Candrawathi dalam Kasus Pembunuhan Brigadir J

Trending 3 months ago

TEMPO.CO, Jakarta - Istilah malingering pernah mengemuka saat pemeriksaan Putri Candrawathi, istri Ferdy Sambo dalam kasus Pembunuhan Brigadir J namalain Nofriansyah Yosua Hutabarat. Secara substantif, julukan ini barangkali terdengar asing. Namun, secara praktik, malingering pasti pernah dilakukan oleh nyaris semua orang.

Tepat dua tahun lalu, Jumat, 8 Juli 2022, Brigadir J tewas. Penyebab kematiannya sempat disebut lantaran baku tembak sesama polisi. Kemudian terbongkar bahwa dia meninggal lantaran dieksekusi oleh atasannya, Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo. Dalam perjalanan kasusnya, Putri juga dinyatakan terlibat.

Namun, saat ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat, 19 Agustus 2022, polisi belum menahan istri Ferdy Sambo itu. Alasannya, nan berkepentingan tetap dalam kondisi sakit. Putri Candrawathi mengaku sakit saat dijadwalkan pemeriksaan. Meski demikian, gelar perkara tetap dilakukan lampau ditetapkan tersangka.

“Seyogyanya kemarin Ibu PC (Putri Candrawathi) diperiksa, tetapi lantaran ada surat sakit, maka di-hold. Meski demikian tetap gelar perkara dilakukan. Kami bakal terus berkoordinasi dengan dokter. Sejauh ini nan berkepentingan belum ditahan,” kata Ketua Tim Khusus Bareskrim, Komjen Agung Budi Maryoto saat konvensi pers di Bareskrim Polri, Jumat, 19 Agustus 2022.

Saat ini mahir forensik, Reza Indragiri kemudian mencurigai Putri Candrawathi melakukan malingering alias pura-pura sakit, baik bentuk alias mental, untuk menghindari proses hukum. Sejatinya, tindakan ini tidak bisa dianggap sebagai penyakit mental alias psikopatologi, walaupun penyakit mental dapat disertai dengan tindakan malingering.

“Penting untuk jadi catatan tentang kemungkinan malingering alias perekayasaan berencana, baik terhadap kondisi bentuk maupun psikis nan membikin orang sehat menjadi terkesan sebagai orang sakit,” kata Reza Indragiri pada 20 Agustus 2022.

Pengertian Malingering

Malingering merupakan istilah dalam pengetahuan psikologi. Menurut KBBI, kata malingering didefinisikan sebagai rasa sakit nan dibuat-buat untuk tujuan, keuntungan, alias kepuasan pribadi. Tindakan ini bisa juga disebut sebagai muslihat sakit. Saat Anda berpura-pura sakit agar mendapatkan izin dari menjalankan tugas, Anda melakukan malingering.

Dilansir dari Web MD, malingering juga terjadi ketika seseorang melebih-lebihkan indikasi suatu penyakit untuk tujuan nan sama. Namun, berbeda dengan hipokondria di mana ini adalah suatu “keadaan tidak sadar” seseorang merasa dirinya menderita penyakit, malingering justru merupakan “tindakan sadar” pura-pura sakit. Itulah kenapa malingering disebut tindakan, bukan keadaan.

Dilansir dari Koran Tempo jenis Senin, 5 Maret 2012, malingering, secara keilmuan menurut American Psychiatric Association, merupakan perekayasaan berencana atas gejala-gejala gangguan bentuk ataupun psikologis, nan didorong oleh insentif eksternal. Insentif eksternal itu dapat berupa kompensasi finansial, uluran simpati, ataupun kelonggaran hukum.

Malingering pertama kali digunakan untuk menggambarkan tentara nan mencoba menghindari dinas militer pada era 1900-an. Makna tindakan ini telah diperluas untuk mencakup mereka nan berpura-pura sakit lantaran argumen lain. Salah satunya marak digunakan tersangka dalam kasus-kasus pidana. Dalam proses hukum, pengungkapan seseorang melakukan malingering merupakan tugas psikolog forensik.

Dilansir dari publikasi di NCBI, malingering tidak mempunyai etiologi nan spesifik, namun penyebabnya meliputi kondisi sosial ekonomi. Hal ini umumnya dilaporkan terjadi pada narapidana nan menghindari persidangan, pelajar nan menghindari sekolah, pekerja nan menghindari pekerjaan, tunawisma nan mengharapkan kompensasi/jatah ekonomi.

Dilansir dari dari publikasi ilmiah berjudul Malingering and Factitious Disorder, tindakan malingering mungkin terjadi jika dua dari empat tanda berikut ini ada.

Iklan

1. Orang tersebut berada dalam situasi medis alias norma nan dapat diperbaiki dengan pemeriksaan tertentu.

2. Pengamat dapat memandang perbedaan antara apa nan orang klaim rasakan dan tanda-tanda bentuk penyakit.

3. Subjek tidak mengikuti perawatan alias pergi untuk perawatan lanjutan.

4. Subjek mempunyai gangguan kepribadian antisosial.

Namun, beberapa ahli kesehatan merasa tanda-tanda ini abnormal lantaran mempunyai beberapa kekurangan, sebagai berikut:

1. Tanda-tanda tersebut sudah ketinggalan zaman.

2. Tandanya tidak menunjukkan info nan akurat. Menurut seorang peneliti, dengan tanda tersebut hanya menghasilkan standar kecermatan sejumlah 20 persen.

3. Tidak adanya tingkat kesungguhan nan tetap. Tanda ini menempatkan semua orang nan berpura-pura ke dalam satu kategori.

4. Tidak mempunyai penilaian moral. Semua perilaku berpura-pura digambarkan sebagai buruk. Tindakan berpura-pura ini hanya sebagai penyesuaian seseorang terhadap situasi nan tidak dapat diterima.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | EKA YUDHA SAPUTRA | RACHEL FARAHDIBA R 

Pilihan Editor: Psikolog Foremsik Mencurigai Putri Candrawathi Lakukan Malingering, Apakah Itu?

More
Source