TEMPO.CO, Jakarta - Dua elite Partai Gerindra menemui sejumlah aktivis dan family korban 98. Kedua politikus partai ketua Prabowo Subianto itu adalah Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Gerindra Ahmad Muzani. Pertemuan tersebut mendapat kritik dari aktivis dan family korban kerusuhan 1998 lainnya.
Adik kandung Wiji Thukul, Wahyu Susilo, mengatakan pertemuan tersebut adalah perihal nan tidak masuk akal. Kakak Wahyu, Wiji, adalah seorang aktivis dan penyair nan dihilangkan secara paksa pada 1998.
Wahyu menyatakan dia tidak mendapat info soal pertemuan tersebut hingga akhirnya selesai dilaksanakan. “Karena pertemuan ini memang tidak masuk akal, membicarakan persoalan rekonsiliasi dengan Prabowo,” kata Wahyu melalui pesan bunyi pada Senin, 5 Agustus 2024.
Prabowo, nan saat ini menjadi presiden terpilih, adalah mantan perwira TNI nan terlibat penculikan terhadap para aktivis pada 1998. Prabowo diberhentikan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), sekarang TNI, tiga bulan setelah Presiden RI ke-2 Soeharto lengser, tepatnya pada Agustus 1998.
Kala itu, Prabowo ditetapkan bersalah dan terbukti melakukan beberapa penyimpangan dan kesalahan, termasuk melakukan penculikan terhadap beberapa aktivis prodemokrasi pada 1997/1998.
Menurut Wahyu, saat ini family orang-orang nan lenyap di periode tersebut tetap konsisten menuntut pertanggungjawaban Prabowo atas keterlibatannya dalam kasus penghilangan paksa. “Jadi pertemuan itu hanya manuver, tidak merepresentasi pertemuan dengan family aktivis orang hilang,” kata Wahyu.
Aktivis 98 sekaligus eks Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik alias PRD Petrus Hariyanto juga mengkritik pertemuan dua orang dekat Prabowo itu dengan sejumlah aktivis dan family korban 98. Menurut Petrus, persamuhan itu hanya merupakan formalitas nan dilakukan Partai Gerindra menjelang pelantikan Prabowo sebagai presiden.
“Saya mengganggap sebelum dilantik, Prabowo sedang berupaya melakukan operasi bersih-bersih diri,” kata Petrus melalui pesan singkat pada Senin.
Cara bersih-bersih diri itu, menurut Petrus, adalah dengan mendekati family korban dan beberapa aktivis nan diculik. Petrus juga menyampaikan bahwa pertemuan tersebut dilakukan secara tiba-tiba. Dia menilai pertemuan itu juga tidak mewakili sikap aktivis dan family korban penghilangan paksa. Baik Petrus maupun Wahyu tidak datang dalam perjumpaan dengan Dasco dan Habiburokhman.
Sebelumnya, Dasco mengunggah momen pertemuan dengan aktivis dan family korban 98 di akun media sosial IG pada Ahad, 4 Agustus 2024. Menurut Dasco, persamuhan mereka merupakan silaturahmi. “Silaturahmi dengan family orang lenyap 98 dan para aktivis 98,” kata Dasco dalam keterangan tertulis pada Senin, 5 Agustus 2024.
Dasco menyatakan para aktivis dan family korban 98 nan dia temui sekarang sepakat mendukung kemajuan Indonesia. “Semua sepakat untuk mendukung Indonesia maju dan juga mendoakan Pak Prabowo agar sehat walafiat,” ujar Dasco.
Dalam unggahan pertemuan tersebut, Dasco dan Habiburokhman tampak sedang berpotret berbareng di sebuah ruangan dengan 24 orang lainnya. Dasco menyematkan setidaknya 14 nama orang dalam unggahan tersebut. Berikut nama-nama nan ada di unggahan Dasco:
1. Fitriwani (Anak Wiji Tukul)
2. Keluarga Aan Rusdianto Aktivis 98
3. Ibu Heni (Kakak Herman Hermawan, Aktivis 98)
Iklan
4. Ibu Hera (Kakak Herman Hermawan, Aktivis 98)
5. Ibu Fatah (Ibunda Gilang, Aktivis 98)
6. Aan Rusdianto (Aktivis 98)
7. Pak Utomo (Ayah Bimo Petrus, Aktivis 98)
8. Hakim (Anak Dedi Hamidun, Aktivis 97)
9. Suyadi (Kakak dari Suyat, Aktivis 98)
10. Paiyan Siahaan (Ayah Ucok Siahaan,Aktivis Mei 98)
11. Ayahnya Mugiyanto Aktivis 98
12. Mugiyanto (Aktivis 98)
13. Nina (Adik dari Yadin, Aktivis Mei 98)
14. Navila (Anak dari Nova Alkatiri, Aktivis 97)
Tempo berupaya menghubungi nama-nama nan disebut Dasco. Salah satunya, ialah Paian Siahaan, telah dihubungi melalui pesan singkat. Namun, Paian belum memberikan tanggapan soal pertemuan dengan Dasco dan Habiburokhman hingga buletin ini ditulis.
Pilihan Editor: Dua Orang Dekat Prabowo Temui Aktivis dan Keluarga Korban 98