CANTIKA.COM, Jakarta - Saat musim liburan sekolah berakhir, gelombang kecemasan di sekolah nan familiar namun menakutkan dapat menyerang anak-anak dari segala usia. Kembalinya ke ruang kelas, rutinitas, serta pengalaman dan tantangan baru dapat memicu beragam emosi.
Meskipun kecemasan ini merupakan respons umum terhadap perubahan, sebagai orang tua, mungkin susah untuk mengarahkan anak-anak kita melewatinya. Berikut info dari para mahir tentang perihal ini.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kekhawatiran dan ketakutan merupakan perihal nan biasa terjadi pada masa kanak-kanak. Namun ketika ketakutan tersebut menjadi “terus-menerus alias ekstrem” dan mengganggu kehidupan sehari-hari, kemungkinan besar perihal tersebut bakal masuk dalam kategori kecemasan.
Statistik di Amerika menunjukkan bahwa 9,4 persen anak-anak berumur antara 3 dan 17 tahun didiagnosis menderita kekhawatiran antara tahun 2016 dan 2019, persentase nan terus meningkat setiap tahunnya.
Mengenali kapan rasa takut berubah menjadi kekhawatiran tidak selalu mudah dikenali. “Anak-anak nan selalu mengalami kekhawatiran mungkin tidak menyadari bahwa ini bukanlah pengalaman normal, dan mereka memerlukan orang dewasa nan dipercaya untuk membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan bakal support dan dukungan,” kata Willough Jenkins, psikiater anak di Rady Children’s Hospital-San Diego, dikutip dari Popsugar.
Dokter Ellen Braaten, kepala pelaksana Program Pembelajaran dan Penilaian Emosional di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston, Amerika, mengatakan perihal pertama nan perlu dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka mengatasi kekhawatiran di sekolah adalah menyebut dan mengakui apa nan mereka rasakan.
“Orang tua perlu mengingat bahwa kekhawatiran sebenarnya adalah emosi nan sehat – emosi itulah nan memberi tahu kita bahwa ada sesuatu nan tidak beres,” lanjutnya. “Hal paling krusial untuk diajarkan pada anak Anda adalah memastikan kecemasannya sesuai dengan ancamannya.”
1. Pahami sumbernya
“Penting untuk memahami sumber kecemasan; jika ada sesuatu nan terjadi di sekolah, seperti perundungan, maka Anda perlu menanganinya secara langsung,” kata Dokter Amy Mezulis, salah satu pendiri dan kepala petugas klinis Joon“Seringkali tidak ada – anak hanya merasa resah – tapi kita tidak mau melewatkan masalah nan bisa dipecahkan.”
2. Bersekolah secara teratur
“Sangat krusial bagi anak Anda untuk kembali berguru meskipun mereka merasa cemas,” ucap Jenkins, berbagi. “Kecemasan di sekolah semakin besar jika semakin lama seorang anak tidak bersekolah, maka perihal ini merupakan perihal lain nan memerlukan kombinasi tangan orang tua.”
3. Jangan memperkuat anak tinggal di rumah
“Jika anak Anda tidak bisa bersekolah, pastikan rumah nyaman,” kata Jenkins, “tetapi jangan secara tidak sengaja memperkuat kebiasaan tinggal di rumah (seperti jajan sepuasnya, video game, alias waktu berbareng orang tua) ."
4. Lakukan beberapa kali uji coba
“Bagi anak-anak nan baru bersekolah, kami merekomendasikan untuk melakukan dry run di hari-hari sekolah untuk membiasakan anak dengan rutinitas baru,” saran Dokter Mezulis. Ini melibatkan mengemudi ke sekolah, keluar, dan pergi ke pintu depan.
5. Tetapkan tujuan kecil
“Tujuan mini mungkin berupa hal-hal seperti mengidentifikasi apa nan bakal Anda lakukan saat rehat (bermain, melangkah tiga putaran di taman bermain); satu aktivitas sosial (misalnya hai untuk anak tertentu)," Dr. Mezulis menjelaskan. “Sesuatu nan mini dan dapat diperoleh dapat membangun kepercayaan diri.”
6. Tawarkan bingkisan kecil
“Saya tidak menyarankan menyuap anak-anak untuk pergi ke sekolah, namun memberikan bingkisan mini di akhir minggu seperti menonton movie berbareng family alias pergi keluar untuk makan es krim, dapat menjadi langkah nan baik untuk merayakan anak Anda mengatasi kekhawatiran dan kesulitannya. menjadi sukses dengan kehadiran di sekolah pada minggu itu," kata Mezulis.
7. Kembangkan kotak peralatan kecemasan
“Ini bisa berupa kotak bentuk tempat mereka meletakkan barang-barang nan membantu mereka mengatasi kecemasan,” kata Jenkins. "Kotak itu mungkin berisi foto keluarga, sabun wangi, teka-teki, dan pengingat keahlian mengatasi masalah seperti pernapasan kotak alias teknik grounding."
Saat mendukung anak Anda mengatasi kekhawatiran sekolahnya, orang tua perlu hati-hati. Anda mau memastikan bahwa Anda memvalidasi dan menghargai kekhawatiran anak Anda, namun juga memastikan bahwa kekhawatiran tersebut tidak mendominasi kehidupan mereka hingga pada titik nan dapat dihindari (seperti menolak berguru sama sekali).
Dengan menyadari realita kekhawatiran di sekolah dan menyiapkan beberapa trik dan tips sebagai antisipasi, orang tua dan pengasuh dapat membantu anak-anak menjalani sekolah dengan baik dan terus merasa didukung sepanjang tahun. Semoga berfaedah ya, Sahabat Cantika!
Pilihan Editor: 6 Tips Orang Tua Bantu Anak Mudah Beradaptasi di Sekolah Baru
POPSUGAR
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika