TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan hujan lebat menyebabkan pencarian korban lenyap musibah tanah longsor di Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, dihentikan sementara.
Data per Senin sore, 8 Juli 2024, pukul 18.00 WIB, sebanyak 43 penduduk tetap dinyatakan lenyap oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bone Bolango. Korban meninggal berjumlah 10 jiwa, luka-luka 18 dan mereka nan selamat 23.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan musibah tanah longsor ini melanda area tambang mineral di Desa Tulabolo pada Minggu pagi pukul 09.00 WITA.
Lebih dari 200 personel campuran melakukan upaya pencarian dan pertolongan terhadap para korban nan tertimpa material longsor. "Selain hujan lebat, kondisi tanah labil menjadi hambatan dalam pencarian korban hilang," ucap Muhari melalui keterangan tertulis, Selasa.
Pencarian juga tersendat beberapa aspek lain, ialah jalan menuju letak terdampak tidak dapat diakses kendaraan. Sementara dari pos lapangan nan berada di Desa Tulabolo menuju letak kudu ditempuh selama sembilan jam dengan melangkah kaki. "Terdapat satu jembatan nan menghubungkan letak terdampak," ucapnya.
Iklan
Menurut Muhari, BPBD setempat tetap terus memastikan jumlah korban nan hilang. Personel campuran nan terlibat berjumlah total 231 orang berasal dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, PMI, Pelindo dan relawan.
BNPB mengimbau para petugas campuran untuk tetap waspada dan siap siaga dalam operasi pencarian dan pertolongan di letak terdampak longsor. "Aspek keamanan dan keselamatan para personel kudu menjadi prioritas utama dalam operasi tersebut" ucapnya.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG pada Selasa-Rabu, 9-10 Juli 2024, wilayah Kecamatan Suwawa Timur tetap berkesempatan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Meskipun perihal ini berpotensi menghalang operasi SAR, kata Muhari, diharapkan operasi pencarian tetap dapat terus dioptimalkan dengan sumber daya nan ada.
Pilihan Editor: Pemecatan Dekan FK Unair, Prof Bus: Tidak Ada Alasannya di SK